Toge Goreng, Kuliner Legendaris Bogor yang Tak Pernah Digoreng

Sumber: DetikFood - Detik.com

Meski namanya mengandung kata “goreng”, toge goreng ternyata tidak melalui proses penggorengan sama sekali. Justru di balik keunikan namanya, kuliner khas Bogor ini menyimpan cerita sejarah, cita rasa tradisional, dan identitas budaya yang patut dibanggakan.

Jika berbicara tentang kuliner khas Bogor, sulit rasanya melewatkan toge goreng. Makanan ini bukan hanya sekadar hidangan favorit warga lokal, tapi juga menjadi salah satu ikon kuliner tradisional yang banyak diburu wisatawan. Uniknya, toge goreng justru tidak digoreng, melainkan direbus dan disiram dengan kuah oncom yang gurih dan khas.

Toge goreng merupakan hidangan sederhana yang terdiri dari toge (tauge) yang direbus, dicampur dengan mie kuning, potongan tahu, dan irisan lontong. Kemudian semua bahan tersebut disiram dengan kuah berbahan dasar oncom merah, yang telah dimasak dengan bumbu rempah seperti bawang putih, kencur, dan tauco. Rasanya gurih, sedikit pedas, dan sangat menggugah selera. Tak heran jika makanan ini digemari oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang tua.

Meski namanya menyebut kata “goreng”, toge goreng justru tidak melalui proses penggorengan. Lalu, dari mana asal-usul nama tersebut? Dalam beberapa catatan lisan masyarakat Bogor, istilah “goreng” di sini bukan merujuk pada teknik memasak, melainkan pada cara penyajian dengan bumbu. Dalam bahasa Sunda, kata “digoreng” tak selalu berarti dimasak dalam minyak panas, melainkan juga bisa berarti “diolah dengan bumbu” atau “ditumis sebentar”, meskipun kenyataannya toge goreng hanya direbus.

Ada pula yang meyakini bahwa penamaan tersebut hanya bagian dari kebiasaan penamaan makanan tradisional di masa lalu, yang tidak selalu merujuk secara harfiah pada teknik memasaknya. Hal ini serupa dengan mie kocok dari Bandung yang sebenarnya tidak benar-benar “dikocok”, atau sate padang yang tidak selalu disajikan dengan tusukan.

Toge goreng sudah ada sejak puluhan tahun silam dan biasa dijajakan oleh para pedagang kaki lima keliling menggunakan pikulan atau gerobak dorong. Salah satu legenda hidup dalam dunia toge goreng Bogor adalah Mang Gebro, pedagang yang konon sudah berjualan sejak tahun 1960-an dan masih eksis hingga kini di kawasan Jalan Veteran. Rasa kuah oncom yang khas dari Mang Gebro menjadi tolok ukur bagi pedagang lainnya.

Hidangan ini sangatt cocok disantap kapan saja, baik saat sarapan, makan siang, maupun sore hari. Harganya pun terjangkau, mulai dari Rp10.000 hingga Rp20.000 per porsi, tergantung tempat dan porsi. Kini, toge goreng bisa ditemui di berbagai sudut kota Bogor, dari warung kaki lima hingga tempat makan khas Sunda.

Lebih dari sekadar makanan, toge goreng adalah warisan kuliner yang menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Bogor. Rasanya yang khas, cara penyajian yang sederhana, serta kisah di balik namanya menjadikan kuliner ini layak untuk terus dilestarikan dan diperkenalkan kepada generasi berikutnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rustic Market Sentul: Nuansa Eropa di Tengah Alam Bogor

6 Spot Wisata Hits Bogor untuk Liburan Akhir Pekan

Semarak Kemerdekaan RI ke-79 di Kabupaten Bogor, Ribuan Warga Antusias Ikut Serta