Kota Hujan yang Pernah Kekeringan: Ironi di Balik Julukan Bogor

Sumber: Merdeka.com

BOGOR – Julukan “Kota Hujan” telah lama melekat pada Kota Bogor. Dengan curah hujan tahunan yang sangat tinggi, yakni mencapai 3.000 hingga 4.000 mm per tahun, kota ini dikenal sebagai salah satu wilayah terbasah di Indonesia. Namun, pada tahun 2015, sebuah peristiwa ironi terjadi: Bogor mengalami kekeringan ekstrem di sejumlah wilayahnya.

Fenomena tersebut terjadi akibat dampak dari El Niño yang cukup kuat pada tahun itu. Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Niño menyebabkan musim kemarau yang lebih panjang dan lebih kering di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Bogor. Beberapa kecamatan seperti Leuwiliang, Cibungbulang, Tamansari, dan sekitarnya dilaporkan mengalami krisis air bersih.

Dalam kondisi tersebut, sebagian besar sumur milik warga mengalami penyusutan debit air, bahkan ada yang benar-benar mengering. Masyarakat terpaksa mengandalkan distribusi air bersih dari mobil tangki yang disediakan oleh pemerintah daerah maupun lembaga swadaya masyarakat. Tidak sedikit pula warga yang harus menempuh jarak cukup jauh untuk memperoleh air layak pakai.

Peristiwa ini menjadi sorotan karena sangat bertolak belakang dengan citra Bogor sebagai kota yang hampir selalu diguyur hujan. Ketergantungan masyarakat terhadap air tanah dan semakin terbatasnya daerah resapan air akibat alih fungsi lahan diduga memperparah dampak kekeringan tersebut.

Selain berdampak pada kebutuhan air sehari-hari, kekeringan juga menghantam sektor pertanian di wilayah Bogor. Lahan-lahan sawah di beberapa daerah mengalami gagal panen karena kekurangan pasokan air irigasi. Aliran sungai kecil yang biasa digunakan untuk mengairi sawah juga mengalami penyusutan drastis.

Fenomena kekeringan ini menjadi pengingat bahwa perubahan iklim adalah hal nyata yang dapat berdampak pada seluruh daerah, bahkan pada wilayah yang memiliki curah hujan tinggi sekalipun. Pemerintah Kota Bogor merespons kejadian tersebut dengan meningkatkan kesadaran masyarakat terkait konservasi air dan pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan.

Beberapa langkah konkret yang dilakukan antara lain pembangunan sumur resapan, penyediaan embung air, serta penghijauan kembali lahan-lahan kritis. Selain itu, upaya pengendalian alih fungsi lahan terus digalakkan untuk mencegah berkurangnya daya serap air di wilayah urban dan suburban.

Peristiwa kekeringan di Kota Bogor tahun 2015 bukan hanya catatan sejarah cuaca ekstrem, melainkan juga pelajaran penting mengenai kerentanan lingkungan di era perubahan iklim. Julukan "Kota Hujan" memang masih melekat, namun tidak ada jaminan bahwa ketersediaan air akan terus terjaga tanpa pengelolaan yang berkelanjutan.

Dengan demikian, penting bagi semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, untuk menjaga keseimbangan ekosistem agar kejadian serupa tidak kembali terulang di masa mendatang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rustic Market Sentul: Nuansa Eropa di Tengah Alam Bogor

6 Spot Wisata Hits Bogor untuk Liburan Akhir Pekan

Semarak Kemerdekaan RI ke-79 di Kabupaten Bogor, Ribuan Warga Antusias Ikut Serta